Jumat, 28 Desember 2012

Praktikum fogging dan miss blower

LAPORAN PRAKTIKUM
FOGGING DAN MIST BLOWER


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Nyamuk dalam kehidupan sehari hari keberadaan nyamuk sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan air, dibawah daun, baju yang tergantung, dalam botol bekas, pot bunga, saluran air dan lain lain. Secara umum nyamuk dikenal dalam tiga kelompok: Aedes, Culex, Anopheles. Nyamuk sebagai penyebab demam berdarah dan juga malaria, oleh karena itu harus ada upaya yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit tersebut.
Metode yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah dengan memutus sirkulasi hidup nyamuk, dengan membasmi nyamuk dewasa dan menghambat perkembangan larva menjadi nyamuk. Teknis pengendalian yang dilakukan meliputi fogging mesin (pengasapan), spraying (penyemprotan), mist blower, ultra light fogger (Pengkabutan) dan abatesasi (penaburan bubuk abate).
1. Fogging (Pengasapan)
Fogging (pengasapan) adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan adalah mesin fogging (Termal Fogger). Target dari cara pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada diluar gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain Garbage Area (tempat sampah), drainage (STP), pengasapan tebal pada seluruh jalur got (drainage) yang tertutup treatment dengan insektisida khusus termal fogger.
2. Spraying (Penyemprotan).
Spraying atau penyemprotan adalah salah satu cara pengendalaian nyamuk dengan menggunakan alat semprot berupa knapsack sprayer atau hand sprayer dan mist blower dengan sasarn nyamuk dewasa, cara ini dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Treatment dilakukan pada semua tempat yang menjadi persembunyian nyamuk dan kecoa. Bagian bawah/sela (counter, dipan, meja, lemari, rak file), ruangan yang terbuka (office, lobby, corridor), dan public area lainnya.
3. Ultra Light Fogger (Pengkabutan)
Pengkabutan dilakukan khusus dilakukan didalm ruangan dengan menggunakan peralatan yang disebut ULV. Sasaran dari penggunaan alat ini adalah untuk membasmi nyamuk dewasa yang terdapat di dalam ruangan. Dengan menggunakan alat gendong (mist blower) pengkabutan juga dapat dilakukan di area taman (pohon dan semak) sekitar gedung untuk membasmi nyamuk jantan dan hama tanaman.
4. Abateisasi (penaburan abate)
Penaburan bubuk abate biasanya dilakukan di area genangan air, seperti got, bak penampungan air, kolam ikan, dll. Sedangkan pengertian dari Mist Blower sendiri adalah alat untuk mengaplikaskan partikel larutan pestisida dengan pengkabutan untuk mengendalikan lalat, nyamuk.Lebih efektif dari pengasapan (fogging )karena memiliki efek residual. Lalu pengertian dari Fogger adalah alat untuk penyemprotan pestisida dengan campuran minyak solar dalam bentuk asap / kabut ( fogging ).
B.     Tujuan
1.   Agar mahasiswa dapat menggunakan dan mengoperasionalkan mist blower dan fogger dengan benar.
2.   Agar mahasiswa dapat mengetahui formulasi yang dipakai untuk mist blower dan fogger.
C.     Manfaat
1.   Mahasiswa mempunyai ketrampilan dalam menggunakan mist blower dan fogger.
2.    Mahasiswa mengetahui formulasi yang dipakai dalam mist blower dan fogger.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Penyemprotan Nyamuk
Penyemprotan Nyamuk adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh operator pest control yang sistem pekrjaannya adalah dengan melakukan Fogging (pengasapan) disekitar lingkungan yang sudah ada manusia kena gigitan nyamuk demam berdarah dan mengakibatkan manusia tersebut menjadi sakit. Untuk menghindari agar nyamuk demam berdarah tidah bersarang dilingkungan anda diutamakan kebersihan daripada lingkungan dan disarankan dilakukan Fogging (pengasapan) yang dikerjakan oleh badan usaha yang profesional. prima professional siap untuk membantu anda apabila ada terindikasi menderita demam berdarah.

B.     Alat-alat Penyemprotan
Nyamuk memang menyebalkan. Disamping sebagai vektor penular penyakit, nyamuk juga menimbulkan suara kurang nyaman di pinggir telinga ketika tidur dan rasa gatal yang menggangu ketika digigitnya. Terkadang bingung bagaimana cara efektif dalam memberantasnya. Ada alternatif dalam memberantasnya yaitu dengan cara penyemprotan.
Sering kita menggunakan alat penyemprot nyamuk rumahan yang sangat familiar dengan kita. Alat yang sederhana berisi racun nyamuk yang langsung disemprotkan ke udara atau ke kolong tempat tidur. Tetapi tahukah anda ada beberapa macam alat dan metode dalam hal penyemprotan nyamuk. Berikut ini beberapa macam peralatan tersebut. Mungkin dapat anda jadikan referensi dalam pemberantasan nyamuk di sekitar anda.
1.   SwingFog.
Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog. Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup  sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine  dan ultra low volume ground sprayer mounted.
Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai dengan 10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari nyamuk sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas. Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan karena sia-sia saja melakukan pengasapan.
Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk dewasa yang mengandung virus . namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk menghindari resistensi dari nyamuk.
Selama 40 tahun terakhir, bahan kimia telah digunakan untuk membasmi nyamuk bagi kesehatan masyarakat saat ini banyak bermunculan fenomena resistensi terhadap bahan insektisida yang umum digunakan, antara lain: malathion, temephos, tenthion, permethrin, profoxur, dan fenithrothion. Cara itu sangat lazim digunakan pada saat outbreak terutama pada bulam-bulan kritis seranga DBD. Walaupun bahan aktif yang digunakan itu tidak selalu efektif mengendalikan vektor karena dibeberapa tempat, Aedes sudah menunjukkan resistensi terhadap beberapa insektisida yang digunakan. Hampir semua populasi aedes aegypti menunjukkan ketahanan terhadap insektisida pyrethroid, permethrin, dan deltamethrin. Kalaupun pengasapan masih digunakan hasilnya hanya dapat menghalau atau membunuh naymuk dewasa tetapi tidak termasuk larvanya. Pengasapan dengan malathion 4 persen dengan pearut solar, yang dinilai masih efektif hanya mampu membunuh nyamuk dewasa pada radius 100-200 meter dari jarak terbang nyamuk yang hanya efektifitas satu sampai dua. Dalam kondisi seperti itu, penggunaan insektisida selain kurang efektif dan mahal juga berbahaya mterhadap kesehatan dan lingkungan.
Bahaya Fogging:
a.    Dapat mengganggu saluran pernapasan
b.   Bila dilakukan fogging terus menurun nyamuk dapat kebal terhadap bahan kimia.
c.    Dapat mengakibatkan keracunan terhadap makanan yang  terkena asap fogging.
Cara-cara Pelaksanaan Fogging:
Selama ini masyarakat begitu mengandalkan fogging untuk menekan laju penularan penyakit DBD. Karena itu ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui mengenai fogging  antara ain sebagai berikut:
a.    Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor  atau nyamuk Aedes agyepti  dewasa saja karena itu upaya fogging saja tidaklah terlal efekif untuk menekan laju penularan DBD  dimasyarakat meski tidak berarti upaya melakuka fogging sia-sia.
b.   Efek fogging hanya efektif bertahan selama dua hari.
c.    Selain itu, jenis insektisida yang dipergunnakan mesti diganti secara periodik untuk menghindari kekebalan (resistensi nyamuk Aedes)

Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swingfog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut:
a.    Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malathion, konsentrasi larutan adalah 4-5%.
b.   Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaraan yang diinginkan.
c.    Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100 meter.
d.   Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swingfog kurang lebih 500 m2 atau 2/3 menit untuk satu rumah dan halamnnya.
e.    Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktifitas puncak dari nyamuk, yaitu 06.00 sampai 10.00.

Dalam pelaksanaan foging ini pun telah diperhatikan hal-hal diatas shingga diharapkan hasilnya juga optimimum.
        Mesin pengabut Swing Fog dengan bahan bakar bensin yang dikembangkan oleh Motan, bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.
        Pada sistem kerja mesin pengabut ini, tidak ada bagian bagian suku cadang yang bergerak. Tenaga listrik yang berasal dari 4 buah batu batere biasa, hanya digunakan untuk menghidupkan mesin.
2.   Spraycan
Alat yang satu ini hanya digunakan untuk penyemprotan nyamuk malaria. Berbentuk seperti alat penyemprot hama. Tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghidupkannya. Tetapi dengan menggunakan udara. Cara kerjanya yaitu, dengan menyemprotkan bahan aktifnya ( ICON ) yang dicampur dengan air ke dinding rumah. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.
Kelebihannya : efektif dalam waktu yang lama. Kurang lebih 2-3 bulan. Fungsinya menahan nyamuk masuk kedalam rumah dan menghindari nyamuk menempel pada dinding dalam dan luar rumah.
Kekurangan : membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaanya. Sangat beracun bagi manusia terutama anak-anak.
3.   Penyemprot Biasa dan Hand Auto Maizer
Ini sering kita gunakan dirumah tangga. Dan banyak dijual di pasaran. Cara kerjanya hanya menyemprotkan bahan aktif racun nya ke udara. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan.
Kelebihannya : dapat dikerjakan oleh siapa saja. Murah dan mudah.
Kekurangannya : hanya untuk skala kecil dan rumah tangga.

4.   Max Blower
Adalah alat yang digunakan untuk merekatkan residu pada tempat sampah atau danau-danau, rawa-rawa dan lain-lain yang sasarannya yaitu pada larva lalat untuk menghambat pertumbuhan dari larva lalat serta yang utamanya yaitu larva dari nyamuk Anopheles.
Penggunaan dari Max Blower ini yaitu disemprotkan pada tempat sampah dan untuk di danau yaitu max blower dibawa mengelilinggi danau dengan menggunakan perahu.








BAB III
PEMBAHASAN
Praktikum yang kami lakukan pada tanggal 5 Desember 2012, bertempat di depan Laboratorium Rekayasa adalah
1.   Mist blower
Mist blower adalah salah satu tipe sprayer yang menggunakan tenaga motor berukuran kecil, yang dikonstruksi untuk dapat memecah suatu cairan atau larutan suspensi menjadi partikel-partikel yang halus (atomized) dari suatu cairan pengendali hama dan penyakit tanaman yang berkonsentrasi tinggi ke dalam suatu arus udara berkecepatan tinggi.
Mist blower ini di samping dapat menghembuskan bahan dalam bentuk cairan, dapat pula digunakan untuk menghembuskan bahan kimia dalam bentuk bubuk atau dalam bentuk butiran, itulah sebabnya mist blower dapat pula disebut duster.
Mist blower adalah instument yang digunakan untuk membasmi hama dengan cara mengisinya dengan pestisida yang sesuai. Mist blower berbeda dengan foging karena foging menghasilkan asap sedangkan mist blower menghasilkan cold fog atau asap dingin yang lebih berat sehingga partikel akan jatuh ke bawah. Mist blower  bertujuan bukan untuk langsung membunuh tetapi lebih kepada melekatkan residu yang menyebabkan kecacatan pada pertumbuhan insekta/serangga.
Cara penyemprotan yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan secara rata pada tempat-tempat yang berpotensi adanya nyamuk dan berjalan mundur menjauhi tempat yang sudah disemprot. Ketika melakukan penyemprotan wajib untuk menggunakan APD  (alat pelindung diri) seperti masker dan sarung tangan. Selain itu menggunakan formulasi/ takaran yang sesuai dan efektif untuk nyamuk.

2.   Foging
            Foging merupakan alat yang digunakan untuk pengendalian persebaran nyamuk. Foging memiliki bagian-bagian seperti tempat untuk larutan insektisida, mesin atau diesel, tempat untuk bahan bakar, bagian untuk menyemprot.
Dalam melakukan foging, hal-hal yang harus diperhatikan adalah waktu ketika melakukan foging, dosis/takaran insektisida yang digunakan, dan tempat/ lokasi foging. Waktu yang tepat ketika melakukan foging adalah pada pagi hari ketika angin belum terlalu kencang berhembus, matahari belum terlalu tinggi karena dapat mempercepat penguapan insektisida ke awan dan tidak dapat tepat sasaran.
Foging dilakukan ketika adanya kasus wabah yang terjadi di suatu wilayah akibat nyamuk Aedes atau Anopheles seperti DBD dan Malaria dan atau wilayah yang dekat dengan wilayah endemis Malaria/DBD dan berpotensi terjadinya wabah. Pad umumnya, foging dilakukan oleh petugas dari Dinas Kesehatan atau petugas puskesmas daerah setempat.
Teknik atau cara ketika melakukan foging adalah dengan meletakkan foging di bahu dan berjalan mundur menjauhi arah asap/ fog yang keluar dari foging.










BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari praktikum penggunaan alat mist blower dan fogging dapat disimpulkan bahwa :
1.   Cara penyemprotan yang dilakukan menggunakan mist blower adalah dengan menyemprotkan secara rata pada tempat-tempat yang berpotensi adanya nyamuk dan berjalan mundur menjauhi tempat yang sudah disemprot. Ketika melakukan penyemprotan wajib untuk menggunakan APD  (alat pelindung diri) seperti masker dan sarung tangan. Selain itu menggunakan formulasi/ takaran yang sesuai dan efektif untuk nyamuk.
2.   Teknik atau cara ketika melakukan foging adalah dengan meletakkan foging di bahu dan berjalan mundur menjauhi arah asap/ fog yang keluar dari foging.
B. Saran
1.   Sebaiknya pelaksanaan foging dilakukan pada pagi hari.
2.   Bagi Mahasiswa Kesehatan Lingkungan
Sebaiknya Mahasiswa Kesehatan Lingkungan mampu dan terampil mengoperasikan fogger untuk menekan penyebaran nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
3.   Bagi masyarakat
Sebaiknya menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan 3M+ untuk mencegah terjadinya penyebaran nyamuk penyebab DBD.




DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Gusti. 9 Mei 2012. “Swing Fog”.
http://gusti-muhammadh.blogspot.com/2012/05/swingfog.html. diakses pada tanggal 17 Desember 2012.
http://www.pelapak.com/fogger-ulv.html. diakses pada tanggal 17 Desember 2012.
http://www.pelapak.com/fogger-ulv.html. diakses pada tanggal 17 Desember 2012.




 Gambar : Swingfog ( SN-50)

















readmore »»  

Pola Hidup Bersih

Ayoo, mulai biasakan hidup bersih dari sekarang, dengan itu hidup akan sehat !!
readmore »»  

Sabtu, 05 Mei 2012

jual + pasang behel permanen murah

Kamu ato temenmu ada yang tertarik pasang behel permanen gag, cuma murah kok hanya 700-2 jtaan, uda sama pasangnya, banyak pilihannya, ada yang metal dan ada yang keramik juga, kalo mau info lebih lanjut sms ke (085743371310), makasih :)
readmore »»  

Sabtu, 07 April 2012

ANALISA DATA dengan menggunakan SPSS 11.5 for W I N D O W S


readmore »»  

MAKALAH TOKSIKOLOGI ARSEN (As)


readmore »»  

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg)


MAKALAH
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
LOGAM BERAT MERKURI (Hg)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Toksikologi Lingkungan







Disusun oleh:
Kelompok 6
1.    Nur Hidayati                          NIM: P07133111028
2.    Ratna Dwi Yulintina              NIM: P07133111030
3.    Scarvia Nuzula                      NIM: P07133111031
4.    Siti Nurjanah                                     NIM: P07133111032
5.    Sri Pangesti Dewi                 NIM: P07133111034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Toksikologi Lingkungan Logam Berat Merkuri (Hg) ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan umatnya yang masih istiqomah di jalan beliau.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.    Tuntas Bagyono, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
2.    Haryono, SKM, M.Kes, selaku pengampu mata kuliah Toksikologi Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
3.    Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi serta bantuan baik secara moral maupun spiritual.
4.    Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah hini.
Penyusun menyadari bahwa “tak ada jalan yang tak berkelok, tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi karya yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.


Yogyakarta, Maret 2012

Penyusun




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................   i  
KATA PENGANTAR .........................................................................................  ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.    Tujuan ...................................................................................................... 2
C.   Ruang Lingkup.........................................................................................  2
D.   Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................  3
A.    Pengertian................................................................................................  3
B.    Sumber-Sumber Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri.....................   4
C.   Proses Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri....................................   7
D.   Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri..................................   8
E.    Cara Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri.................   9
F.    Kasus Pencemaran Lingkungan Merkuri................................................. 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................  12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri harus dapat dikendalikan, karena bila tidak dilakukan sejak dini akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitarnya. Pencemaran logam berat seperti Pb, Cu, dan Hg dapat mempengaruhi dan menyebabkan penyakit pada konsumen, karena di dalam tubuh unsur yang berlebihan akan mengalami  etoksifikasi (keracunan) sehingga membahayakan manusia. Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti udara, makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan.
Pencemaran logam berat adalah masalah yang sangat serius untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Di Indonesia, pencemaran merkuri ditemukan di banyak tempat, namun tidak pernah ada investigasi atau laporan adanya penderita penyakit Minamata atau keracunan merkuri. Di Pongkor, Jawa Barat dilaporkan bahwa konsentrasi Hg di sedimen sungai berkisar antara 0-2.668 ppm, sedang di tanah didapat konsentrasi sebanyak 1-1300 ppm ( Gunradi, 2001 ). Di Sulawesi Utara, daerah aliran sungai Talawaan diperkirakan PETI mendekomposisikan Hg sebanyak 1,5- 2 ton Hg/th ke dalam perairan, tanah dan organisme. Air tanah mengandung Hg 521 % lebih tinggi dari standar yang berlaku. Air buangan dari proses PETI mengandung Hg 685 % di atas standar; ikan dan siput mengandung 296 % dan 768 % Hg di atas standar. Hasil Uji TCLP ( Toxicity Characteristic Leaching Procedure ) menunjukkan kadar Hg 134 % lebih tinggi dari standar, yakni 0,2 ppm ( Hadi’atulla, dkk, 2001 ).
Air raksa (Hg), atau sering disebut juga sebagai merkuri merupakan satu dari lima unsur golongan logam transisi (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair pada suhu kamar dan mudah menguap. Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+), dan merkuri bivalen (Hg2+).
Apabila ketika suatu zat pencemar yang berbahaya telah mencemari permukaantanah dan menguap kemudian terbawa air hujan dan meresap kedalam tanah maka akan mencemari air tanah.  Berbagai kemungkinan reaksi yang terjadi terhadap logam berat (merkuri) di dalam tanah adalah (Babich dan Stotzky, 1978) :
1.         Membentuk senyawa larut, komples dari berbagai macam molekul;
2.         Presipitasi (penyerapan)
3.         Terinkorporasi kedalam struktur mineral;
4.         Terakumulasi atau terfiksasi  ke dalam bahan biologi;
5.         Dikompleks dengan agen pengkhelat;
6.         Diadsobsi dalam mineral liat atau koloid organic

B.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui dan memahami adanya pencemaran yang disebabkan oleh logam berat merkuri.
2.    Mengetahui cara-cara pengendalian pencemaran akibat logam berat merkuri.
3.    Mengetahui proses-proses pencemaran lingkungan akibat merkuri.
4.    Menganalisis adanya kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh merkuri.
C.   Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini adalah bidang Toksikologi Lingkungan terutama logam berat merkuri
D.   Manfaat
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah untuk memahami penyebab dan dampak yang ditimbulkan oleh logam berat merkuri dan dapat mencari solusi penanggulangan pencemaran merkuri, serta mahasiswa dapat bersikap ramah terhadap lingkungan.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian
Air raksa (Hg), atau sering disebut juga sebagai merkuri merupakan satu dari lima unsur golongan logam transisi (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair pada suhu kamar dan mudah menguap. Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+), dan merkuri bivalen (Hg2+).
Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam merkuri digunakan dalam produksi gas khlor dan soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai.
Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas volkanik.
Toksisitas merkuri dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :
1.    Merkuri metal
Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak 80 % merkuri metal disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolismekan menjadi ion inorganik dan dieksresikan dalam bentuk merkuri inorganik. Organ yang paling sensitif adalah system syaraf (peripheral dan pusat). Gejala neurotoksik spesifik adalah tremor, perubahan emosi (gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomania, penurunan daya ingat, sakit kepala,penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik. Gejala dapat bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan atau dosis merkuri. Merkuri elemental berbentuk cair dan menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar. Uap merkuri ini dapat masuk ke dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran darah. Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan keluar tubuh tanpa mengakibatkan bahaya.
2.    Merkuri anorganik
Merkuri memiliki afinitas yang tinggi pada terhadap fosfat, sistin, dan histidil rantai samping dari protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga Hg bisa terlibat dalam proses seluler. Toksisitas merkuri umumnya terjadi karena interaksi merkuri dengan kelompok thiol dari protein. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg+ mampu menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga metabolisme tubuh bisa terganggu dengan dosis rendah merkuri. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa, alat pencernaan, termasuk mukosa usus besar, dan merusak membran ginjal ataupun membran filter glomerulus, menjadi lebih permeabel terhadap protein plasma yang sebagian besar akan masuk ke dalam urin. Toksisitas akut dari uap merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut terasa tebal, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria, albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatis. Toksisitas garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran alat pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan tekanan darah. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan system syaraf, antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus.
3.    Merkuri organik
Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri anorganik karena alkil merkuri bisa membentuk senyawa lipolhilus yang mampu melintasi membran sel dan lebih mudah diabsorbsi serta berpenetrasi menuju sistem syaraf, toksisitas merkuri organic sangat luas, yaitu mengakibatkan disfungsi blood brain barrier, merusak permeabilitas membran, menghambat beberapa enzim, menghambat sistesis protein, dan menghambat penggunaan substrat protein. Namun demikian, alkil merkuri ataupun metil merkuri tidak mengakibatkan kerusakan mukosa sehingga gejala toksisitas merkuri organic lebih lambat dibandingkan merkuri anorganik. Merkuri organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung. Senyawa organo merkuri yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Karena bakteri itu kemudian terikut (termakan) oleh ikan, maka di ikan cenderung konsentrasi merkurinya akan tinggi. Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem syaraf pusat berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bisa mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, konvulsi, paresis, koma, dan kematian.

B.    Sumber-Sumber Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri
Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri yang terdapat di alam dalam bentuk senyawa dengan elemen lain dan jarang dijumpai dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air, dan organisme hidup melalui proses fisika, kimia, dan biologi yang kompleks.
Beberapa sifat merkuri adalah :
1.    Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap.
2.    Akan memadat pada tekanan 7.640 Atm
3.    Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (250C) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -390C.
4.    Kisaran suhu dimana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar yaitu 3960C, dan kisaran suhu ini merkuri mengembang secara merata.
5.    Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
6.    Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.
7.    Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut dengan amalgam.
8.    Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.
Dari sifat kimia dan fisika merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan kimia dan industri yang jika penggunaannya tidak sesuai dengan aturan batasan standar yang ditentukan maka akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan atau racun di lingkungan. Pencemaran Hg yang pernah diidentifikasi bersumber dari pabrik plastik dengan bahan baku vinylklorida dan asetaldehida.
Di Indonesia pencemaran merkuri ditemukan dibanyak tempat namun tidak ada investigasi atau laporan adanya penderita penyakit minamata atau keracunan merkuri. Penambangan emas tanpa ijin (PETI) ditemukan di berbagai tempat. Tidak adanya laporan tentang penyakit minamata di indonesia mungkin disebabkan oleh karena pencatatan penyakit cacat bawaan yang tidak didasarkan atas penyebab, dan cacat bawaan dapat disebabkan oleh banyak hal. Juga, laporan keracunan dilaporkan menjadi satu kesatuan saja. Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh buangan industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-senyawa merkuri di bidang pertanian. Penggunaan merkuri di dalam industrti sering mengakibatkan pencemaran lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organic.
Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1.    Oleh kegiatan perindustrian, seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik, chlorine dan coustic soda
2.    Oleh alam itu sendiri, melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi.
Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, di mana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl. Kedua bahan ini sangata banyak gunanya sehingga diproduksi dalam jumlah tinggi setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel elektroda.
Penggunaan kedua terbesar adalah dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai keperlua. Sebagai contoh, misalnya lampu uap merkuri yang banyak digunakan dalam penerangan jalan dan pabrik karena mempunyai biaya instalasi dan operasi yang lebih rendah daripada lampu pijar dan dapat dioperaasikan pada tegangan tinggi. Pengguna lainnya, misalnya pada baterai merkuri yang mempunyai umur relatif panjang dan dapat digunakan pada kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi.
Penggunaan merkuri terbesar ketiga beserta komponen-komponennya dalah fungisida. Dalam hal ini merkuri digunakan untuk membunuh jamur di dalam cat, pulp, kertas dan industri-industri pertanian. Cat yang digunakan untuk kapal sering ditambah merkuri okside (HgO) sebagai antijamur atau merkuri asetat sebagai antilapuk.
Fenil merkuri asetat (FMA) merupakan komponen organomerkuri yang banyak digunakan secara komersil untuk mecga pembentukan lendir pada pulp kertas yang masih basah selama pengolahan dan penyimpanan. Tetapi penggunaan organomekuri untuk kepentingna tersebut telah dilarang oleh Food And Drug Adminitration (FDA) karena dapat mengkontaminasi makanan yang dibungkus dengan kertas tersebut.
Logam merkuri juga digunakan sebagai katalis dalam industri kimia, terutama pada industri vinil klorida yang merupakan bahan dasar berbagai plastik. Kasus keracunan merkuri yang terbesar yang terjadi di Teluk Minamata, dalam tahun 1953-1960 disebabkan oleh buangan merkuri dari pabrik vinil kloride.
Logam merkuri juga digunakan di dalam termometer dan alat-alat pencatat suhu karena bentuk cairannya ada pada kisaran suhu yang lebar, sifatnya uniform, koefisein muai panasnya besar dan konduktivitas listriknya besar.
Namun pencemaran merkuri yang disebabkan kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi tidak signifikan. Di antara beberapa sumber polutan yang menyebabkan penimbunan merkuri di lingkungan laut, menurut MANDLLI di dalam PORTMANN (1976) yang terpenting adalah industri penambangan logam, industri biji besi, termasuk metal plating, industri yang memproduksi bahan kimia, baik organik maupun anorganik, dan offshore dumping sampah domestik, lumpur dan lain-lain.
C.   Proses Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri
Merkuri merupakan benda cair,hydrargyrum, air/cairan perak unsur golongan transisi berwarna keperakan  dan merupakan satu dari lima unsur yang berbentuk cair dalam suhu kamar serta mudah menguap. Karena merupakan benda cair sehingga merkuri dengan mudah meresap ke dalam tanah. Tanah yang mengandung 50 % pori-pori yang terisi air dan udara lebih mempermudah merkuri yang merupakan benda cair untuk bereaksi ke dalam tanah Secara alamiah, pencemaran Hg berasal dari kegiatan gunung api atau rembesan air tanah yang melewati deposit Hg. Apabila masuk ke dalam air  tanah, kemudaia air tanah mengalir masuk menuju ke perairan dengan system. permeabilitas tanah. Merkuri mudah bereaksi dengan unsur yang ada dalam tanah dan air dan membentuk HgCl (merkurianorganik). Merkuri anorganik akan berubah oleh peran mikro organisme.  Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organomerkuri. Senyawa organo merkuri yang paling umum adalah methyl merkuri yang dihasilkan oleh mikro organisme dalam tanah dan air.
Komponen merkuri yang digunakan dalam pestisida, umumnya memasuki tanah dengan jumlah 1g/ha sampai 200g/ha (0,0005±0,1 ppm), yang mana apabila lebih dari tingkatan itu dapat menghancurkan organik dalam tanah dan nitrogen dalam mineral tanah. Tanah mengandung CO2 dengan kesuburan tanah NH2dan NaOH. Merkuri dapat bereaksi dengan nitrogen tanah membentuk methyl mercuryHg(NO2)3. Methyl merkuri dapat terendap dengan skala waktu yang cukup lama di dalam tanah karena merkuri stabil dan tidak dapat dipisahkan bahkan dicampurkan dengan zat lain
Proses metabolisme sebagian dari alkil merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik dan akan terakumulasi pada organ hati dan ginjal. Senyawa alkil merkuri dalam tubuh selama 70 hari dan dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme. Jumlah hasil alkil merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil samping metabolisme tubuh hanyalah mencapai 1 % dari total alkil yang masuk, 99 % terakumulasi dalam berbagai organ dalam tubuh. Pembuangan senyawa merkuri organik dari dalam tubuh berkaitan erat dengan sistem urinaria atau sistem pembuangan. Merkuri yang masuk ke dalam hati akan terbagi 2:
1.    Sebagian akan terakumulasi pada hati
2.    Sebagian lainnya akan dikirim ke empedu
Dalam kantung empedu senyawa merkuri organik akan dirombak untuk dapat dihancurkan dan dimusnahkan daya racunnya, hasil perombakan berupa senyawa merkuri anorganik yang kemudian dikirim lewat darah ke ginjal. Pada ginjal, senyawa merkuri anorganik ini mengalami proses pemilahan akhir, dimana akan terakumulasi pada ginjal dan lainnya dibuang bersama urin.
Wanita hamil yang terpapar oleh senyawa alkil merkuri dapat menyalurkan pada janin yang dikandungnya. Senyawa alkil merkuri masuk bersama makanan melewati plasenta dibawa oleh peredaran darah ke janin. Kontaminasi yang disebabkan oleh alkil merkuri dapat merusak otak janin sehingga bayi menjadi cacat. Wanita menyusui yang terpapar oleh senyawa metil merkuri dapat mengakibatkan keracunan merkuri pada bayi yang disusui.
D.   Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri
Telah kita ketahui merkuri digunakan dalam bidang perindustrtian, tetapi penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kesehatan manusia. Merkuri dapat terakumulasi dilingkungan dan dapat meracuni hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Acidic permukaan air dapat mengandung signifikan jumlah raksa. Bila nilai pH adalah antara lima dan tujuh, maka konsentrasi raksa di dalam air akan meningkat karena mobilisasi raksa dari dalam tanah. Setelah raksa telah mencapai permukaan air atau tanah mikroorganisme dapat dikonversi ke methyl mercury, suatu zat yang dapat diserap oleh sebagian besar organisme dengan cepat dan diketahui menyebabkan kerusakan saraf. Ikan adalah organisme yang menyerap jumlah besar methyl raksa dari permukaan air setiap hari. Akibatnya, methyl raksa dapat ikan dan menumpuk di dalam rantai makanan yang merupakan bagian dari mereka. Efek yang telah raksa pada hewan adalah kerusakan ginjal, gangguan perut, intestines kerusakan, kegagalan reproduksi DNA dan perubahan.
Penting untuk diketahui, air raksa sangat beracun bagi manusia, air raksa yang sudah masuk ke dalam tubuh manusia, tidak dapat dibawa keluar. Merkuri memiliki sejumlah efek yang sangat merugikan pada manusia, di antaranya sebagai berikut:
1.    Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dan hati.
2.    Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan dengan kelompok sulfur di dalam protein dan enzim.
3.    Merkuri (Hg) organik dari jenis metil-merkuri dapat memasuki placenta dan merusak janin pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan, kerusakan DNA dan Chromosom, mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak.
Toksisitas kronis berupa gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf atau gingvitis. Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian. Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak janin lebih rentan terhadap metil merkuri dibandingkan dengan otak dewasa. Konsentrasi Hg 20 µgL dalam darah wanita hamil sudah dapat mengakibatkan kerusakan pada otak janinMerkuri memiliki afinitas yang tinggi terhadap fosfat, sistin, dan histidil yang merupakan rantai samping dari protein, purin, pirimidin, pteridin, dan porifirin. Dalam konsentrasi rendah ion Hg+ sudah mampu menghambat kerja 50 enzim yang menyebabkan metabolisme tubuh terganggu. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran filter glomerulus. Toksisitas kronis dari merkuri organik ini dapat menyebabkan kelainan berkelanjutan berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, albuminuria, eksantema pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan tekanan darah.

E.    Cara Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri
Pencemaran air oleh merkuri tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena merkuri di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk menghilangkan merkuri dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion merkuri hingga menjadi jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga merkuri bisa dinetralisir. Mencegah merkuri tidak masuk perairan. Pada penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja tambang yang terekpos air raksa diberikan DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara memperkecil partikel air raksa,sehingga pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan. melakukan AMDAL terhadap suatu perusahaan yang menggunakan air raksa harus dilakukan dengan benar dan sanksi yang tegas apabila AMDALnya membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Pengendalian / penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA) memuat beber
apa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
2.    Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.
3.    Semua induatri yang menggunakan merkuri harus membuang limbah industri dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya hingga batas normal.
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di dasar sungai atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air sekililingnya.
F.    Kasus Pencemaran Lingkungan Merkuri
SUKABUMI, TRIBUN – Wakil Bupati Sukabumi, Marwan Hamami menduga merkuri atau air raksa mencemari warga dalam penambangan emas di sepanjang sungai Cibangban, Pelabuhan Ratu yang bermuara ke pantai. Sejumlah warga di sekitar kawasan wisata itu yang bekerja sebagai penambang emas mulai mengalami gangguan pada kulit.
Kami menerima informasi dari petugas puskesmas di lapangan bahwa benar pencemaran mercury akibat penggunaan air raksa yang dilakukan warga setempat untuk menambang emas di pesisir pantai itu,’ ujar Marwan, di Pendopo Sukabumi, Rabu (5/7).
Marwan mengatakan, pencemaran di kawasan wisata tersebut sudah mulai berdampak. Beberapa warga yang tinggal di Sungai Cibangban mulai mengeluhkan penyakit kulit yang mendera mereka. Bahkan ada warga yang menderita kulit melepuh dan warna kulit mereka jadi berbintik-bintik,’ kata Marwan, seusai menghadiri pelepasan kontingan Kabupaten Sukabumi ke ajang Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Jawa Barat, kemarin.
Menurut Marwan, dugaan sementara gejala penyakit kulit yang dialami warga di sana akibat sisa bahan kimia merkuri yang mengalir dari sungai Cibangban hingga ke pantai. Jadi kegiatan penambangan emas di kawasan itu cukup membahayakan kesehatan manusia. Terutama tercemarnya air sungai Cibangban,’ ungkap Marwan.
Lebih lanjut Marwan menjelaskan, pihaknya sudah meminta Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk meneliti penyebab penyakit kulit yang diderita warga. Apakah penyebab penyakit itu akibat pencemaran bahan merkuri atau penyebab lainnya, kata Marwan, pihaknya masih menunggu hasil penelitian pihak BLH. Sampai saat ini kami belum menerima laporan dari BLH, sampai sejauh mana resiko pencemaran merkuri di Sungai Cibangban hingga ke pantai,’ kata Marwan.
Berdasar pengamatan Tribun, penambangan emas di pantai dan sungai kawasan Cibangban dilakukan warga setempat secara manual. Aktivitas itu dilakukan warga sejak tiga bulan lalu, terutama setelah pasir di pantai Cibangban ditemukan serbuk emas. Warga melakukan penambangan bila air laut surut. (rot)
Analisis dari permasalahan diatas adalah :
1.    Penyebab pada kasus di atas adalah merkuri atau air raksa mencemari warga dalam penambangan emas di sepanjang sungai Cibangban, Pelabuhan Ratu yang bermuara ke pantai.
2.    Dampak dari kasus menyebabkan warga di sekitar kawasan wisata itu yang bekerja sebagai penambang emas mulai mengalami gangguan pada kulit seperti kulit melepuh dan warna kulit mereka jadi berbintik-bintik.
3.    Penenggulangannya dapat dilakukan pemeriksaan pencemaran air untuk dikendalikan dengan baku mutu pencemaran air dan penyembuhan penyakit yang menyerang warga.

















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.    Logam merkuri atau yang dikenal dengan air raksa merupakan salah satu logam berat yang tersebar luas di alam
2.    Merkuri termasuk unsur relatif stabil karena tidak terlalu mudah rusak oleh air atau asam karena memiliki potensial reduksi rendah yang hampir mirip dengan perak.
3.    Toksisitas merkuri dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :
a.    Merkuri metal
b.    Merkuri anorganik
c.    Merkuri organik
4.    Merkuri dapat mencemari air laut, air tanah dan tanah sehingga mengganggu kesehatan baik secara fisik, psikomotorik maupun psikologik.
5.    Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

B.    Saran
1.    Dengan pengalaman adanya banyak kerusakan akibat bencana dari kasus penyakit yang ditimbulkan dari merkuri menjadi awal sebagai titik balik kita untuk mengemban langkah-langkah dalam melindungi lingkungan telah mengalami kemajuan yang signifikan.
2.    Perlunya kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat untuk sama-sama memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitar kita demi kelestarian lingkungan saat ini dan generasi yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA
1.    Soemirat, Juli, dkk. 2007. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2.    Darmoni. 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
3.       Admin. 2009. Isu Terkini. http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=67. 30 Maret 2012.
4.    Juwilda. 2011. Pencemaran Air oleh Limbah Merkuri. http://jjuiam.blogspot.com/2011/02/pencemaran-air-oleh-limbah-merkuri.html. 30 Maret 2012.
5.    Puspita, desy. 2010. Penyebab Limbah serta Cara Penanggunalangannya. http://desypuspita.wordpress.com/2010/03/22. 30 Maret 2012.
readmore »»