MAKALAH
TOKSIKOLOGI
ARSEN (As)
Disususn
untuk memenuhi tugas Toksikologi Kesehatan
Disusun oleh ;
1. Tri Novi Susanti NIM.P07133111035
2. Valentino Oktavianto Prianggoro NIM.P07133111036
3. Yolamba ervian Sujarwo NIM.P07133111037
4. Yolla Ayu Medikawanti NIM.P07133111038
5. Yuliastuti NIM.P07133111039
KEMENTRIAN KESEHATAN REPOBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan
bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental
Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun ”top-20” B3 antara lain:
Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls
(PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene,
Chromium (hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene,
Chlordane. Beberapa diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic
(As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji,
2006). Logam-logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi
kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah
maupun udara.
Arsen
(As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam,
Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation,
Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar,
2004). Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau
tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As)
tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa
arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa
organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen (As)
dialam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit, orpiment,
enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As) dipanaskan
terlebih dahulu sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat.
Arsen (As)
berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan
dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih,
yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah.
Arsen (As) merupakan unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu menempati
urutan keduapuluh dari unsure kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya
mencemari air tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As),
seperti yang pernah terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung
Arsen (As) 1-5 ppm. Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan
sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya mengandung Arsen (As) sebesar
0,1–40 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm.
B.
Tujuan :
·
Mengetahui pengertian arsen.
·
Mengetahui toksisitas arsen terhadap
manusia dan lingkungan.
·
Mengetahui cara pencegahan paparan
arsen.
C.
Ruang Lingkup :
Makalah arsen ini merupakan ruang lingkup
toksikologi.
D.
Manfaat :
Makalah ini dapat menambah
pengetahuan tentang toksisitas arsen terhadap manusia dan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Arsen merupakan logam berat
dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey). Senyawa arsen
didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3) berupa
cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal
putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas
perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak
berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun
arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas .
Arsen merupakan unsur dari
komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida misalnya
pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam
jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan
timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai
obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba,
spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena
ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat
ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep homeopathi .
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia
dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;
1.
Arsen triokasida (As2O3),
ialah bentuk garam inorganic dan bentuk trivial dari asam arsenat (H4AsO4)
berwarna putih dan padat seperti gula.
2.
Arsen pentaoksida (As2O5)
3.
Arsenat (misalnya : PbHAsO4),
ialah bentuk garam dari asam arsenat, merupakan senyawa arsen yang banyak
dijumpai di alam dan bersifat kurang toksik.
4.
Arsen organic, arsen berikatan kovalen
dengan rantai karbon alifatik atau struktur cincin,dimana arsen terikat dalam
bentuk trivalent ataupun pentavalen.Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin
dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas
arsin (AsH3),yang terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang
mengandung logam lain.
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan,
arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses
pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen
dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada
produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun(tidak toksik). Arsen
dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in
organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan
arsenik triklorida., sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi
lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca
arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup
potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.
B.
Karakteristik
Arsen
Arsen berwarna
abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam
bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).
Arsen secara
kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat
digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun.
Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang
berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat
langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan
terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna
kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.
C. Sifat
Kimia Arsen
Arsen,
Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfide seperti mispickel,FeAsS,
atau stibnite,Sb2S3.
Arsen,
Sb, dan Bi, diperoleh sebagai logamnya.semuanya membentuk Kristal yang
strukturnya mirip dengan fosfor hitam. Namun ketiga unsure tersebut tampak
mengkilat dan seperti logam, serta mempunyai tahanan masing-masing 30, 40, dan
105µΩ cm, yang bias dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti dan Mn
(berturut-turut 42 dan 185 µΩ cm). melalui reduksi oksidasinya dengan karbon
dan hydrogen. Logamnya terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan
oksida.
Arsen
trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam
sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran
menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan Sb4O5Cl2. Tidak
ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan Kristal putih,
terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik :
BiCl3
+ H2O ↔ BiOCl + 2 HCl
Arsen
membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi langsung. Dua yang
terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida dan dengan S.
As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut sebagai asam dalam larutan
alkalin sulfide menghasilkan anionlhio. As 2S5 berperilaku sama. As4S4 yang
terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron As4.
D. Sumber
Pencemaran Oleh Arsen
Keberadaan arsen di
alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara, air dan biota),
produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber pencemaran arsen di
lingkungan.
1.Keberadaan
Arsen di Alam
a.Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di
batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi
dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk
sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite (FeAsS),
realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di bumi
antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada
deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah
yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara 0,240
mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550
mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).
Secara
alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering.
Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber
buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan
pelelehan tembaga.
b.Udara
Zat
padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa arsen
dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius
(1974) menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di
lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik
(Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).
c.Air
Beberapa
tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke
air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah
aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan
organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke
dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan
tanah (www.wikipedia.org, 2009).
Arsen
terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973; Crecelius,
1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan methylarsenic
acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan
pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta
pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).
d.Biota
Penyerapan
ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian besar merupakan
kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977). Kandungan arsen
dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi
antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang tumbuh pada tanah
yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi, khususnya
di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant & Dobbs, 1977). Beberapa
rerumputan yang mengandung kadar arsen tinggi merupakan petunjuk/indikator
kandungan arsen dalam tanah (Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang
laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.
2.Produksi dalam Industri
Berdasarkan
data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat (Nelson, 1977),
dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia mulai tahun 1975
sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah: China, Peru, Swedia,
USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90% produk dunia.
Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan produk
samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.
3.Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen
banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam bidang
pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit,
natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik digunakan sebagai
pestisida.
Sebagian
tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang mengandung
arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama tanaman tersebut selama
masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
rokok.
E.
Toksisitas
Toksisitas
senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki
toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.. Penelitian
telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut
yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut
arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1
mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh
unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida,
yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni. Gejalanya antara
lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus
dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara, masalah
muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare,
tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah,
lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair
(www.wikipedia.org, 2009).
Gejala keracunan
arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi ringan
dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian
(www.wikipedia.org, 2009).
F.
Mekanisme Terjadinya Toksisitas
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya
melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan
diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto,
2005).
Arsen
adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila
arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam
enzim.Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase
yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2
sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut
terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan
transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan
dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril
sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari
dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila
arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam
darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan
fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan jalan berkompetisi dengan
fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan adanya pengikatan
arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen
bergabung dengan gugus –SH,maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan
banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya
protein yang juga mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang
meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As
bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan
tulang bebrapa tahun kemudian.
G. Gejala
Toksisitas Arsen
·
Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen
biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut disebabkan oleh
adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan
terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan
tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan
sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang putih, diare profus
menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala hipontesi.
Terjadinya diare profus menyebabakan banyak larutan protein terbuang keluar
tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak berfungsi normal (enteropati). Arsen
juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik
dapat mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis
tubulus ginjal akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda
toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan ditemukannya gejala
rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya saraf tepi yang
ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian
tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
·
Toksisitas kronis
Terjadinya
toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah
industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi
penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di
Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi
arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai 1820 mg/l.
Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita mulai
mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah
adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan
kulit dan kuku.
Toksisitas As
kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit,
paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon.
Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat
menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang
terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi
air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien
yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan
kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline
fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat
pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih parah dari pada saraf tangan ,
menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.Terlihat kecenderungan
terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan
sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya
pansitopeni (sel darah berkurang),terutama neutropeni (sel darah putih
menurun).produksi sel darah merah berhenti dan adanya gambaran basophilic
stippling.Anemia yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga
terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan
antara toksisitas kronis dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan
ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa, dan kanker kulit.
H.
Dampak Toksisitas Arsen
Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh
manusia tersimpan dalam hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan
paru.Juga tersimpan dalam jumlah sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat
terdeteksi dalam waktu lama, yaitu beberapa tahun setelah keracunan kronis.Di
dalam darah yang normal ditemukan arsen 0,2µg/100ml. sedangkan pada kondisi
keracunan ditemukan 10µg/100ml dan pada oarng yang mati keracunan arsen
ditemukan 60-90µg/100ml.
I.
Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
- Masker yang memadai
- Sarung tangan yang memadai
- Tutup kepala
- Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
- Masker yang memadai
- Sarung tangan yang memadai
- Tutup kepala
- Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
J. Cara
Menanggulangi Toksisitas Arsen
Pada
pengobatan kasus keracunan As
Pada kasus keracunan akut, perlu
segera diberi obat suportif dan simptomatik untuk mencegah terjadinya gejala
neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi spesifik yaitu BAL. Standar
pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap 4 jam selama 2 hari diikuti
dengan pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5
mg/kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode pemberian pengobatan
tersebut, sampel urine diperiksa setiap 24 jam dan pengobatan segera dihentikan
jika konsentrasi As dalam urine kurang dari 50 mg. pengobatan BAL sering
diikuti dengan pemberian penisilamin yang diberikan setiap 6 jam selama 5 hari.
Pada
kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah menghilangkan
sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan,
karena As mempunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey).
2.
Toksisitas senyawa arsenik dan
sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih
rendah daripada bentuk arsenik anorganik.
3.
Cara pencegahan paparan arsen dengan
menggunakan alat proteksi diri dan melakukkan surveilance medis.
B.
Saran
Untuk
menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui udara, air,
tanah,biota dan kegiatan industry maka yang harus dilakukan adalah menggunakkan
alat proteksi diri , seperti memakai masker, sarung tangan, kacamata dll saat
berada di lingkungan kerja yang berhubungan dengan pertambangan. Selain itu
melakukkan surveilance medis setiap tahun secara rutin. Ini ditujukan agar
tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta
: UI-Press
Darmono . 2006 . Lingkungan
Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta
. UI-Press
Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30 Maret 2012
Fhazira. 2010. Logam Berat Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html. 30 Maret 2012
Darmono . 2009 . Farmasi
Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press
background blog nya sedikit ganggu nih,,tulisnya jadi agak sulit dibaca..
BalasHapusTapi makasih info nya :D
Terima Kasih
BalasHapus