TUGAS
TOKSIKOLOGI
LOGAM BERAT TEMBAGA
(Cu)
Disusun oleh :
Dendy Hadi Saputra NIM.P07133111006
Dwi Rizki Kardina NIM.P07133111009
Eny Safitriyani NIM.P07133111010
Evi Listrianti NIM.P07133111011
Dessy Ririn Novita NIM.P07133111007
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan praktikum kimia dapat selesai dengan tepat waktu.
Terwujudnya makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr.
Hj. Lucky Herawati, SKM, M.Sc selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Tuntas
Bagyono, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan.
3. Haryono,
SKM, M.Kes selaku pengampu mata kuliah Kimia Lingkungan.
4. Bapak
dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun
spiritual.
5. Semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami
menyadari makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Yogyakarta,
April 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal
kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan
mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.Unsur tembaga
terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial.
Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti
oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4).
Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola
(CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurite (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit
tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat,
dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada
batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit
nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik.
Pembentukan endapan magmatic dapat berupa proses hidrotermal atau
metasomatisme. Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan
listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor
listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri,
kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung
microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan
bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang
tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan klep di pabrik penyulingan.
Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan
transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah
tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan industri yang
berhubungan dengan larutan, industri konstruksi, pesawat terbang dan kapal
laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah,
mesin industri nonelektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan,
mesin-mesin pertanian. Potensi tembaga
terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di
Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian tembaga (Cu).
2.
Untuk mengetahui senyawa kimia Cu.
3.
Untuk mengetahui sifat dan kegunaan Cu.
4.
Untuk mengetahui daur tembaga (Cu) di
lingkungan dan tubuh manusia.
5.
Untuk mengetahui bentuk – bentuk
keracunan tembaga (Cu).
6.
Untuk mengetahui efek dari tembaga (Cu).
7.
Untuk mengetahui cara pengobatan
keracunan tembaga (Cu).
C. Ruang Lingkup
Ruang
lingkup makalah ini adalah pengertian Cu (tembaga), senyawaan kimia Cu, sifat
dan kegunaan Cu, daur Cu di dalam lingkungan dan tubuh manusia, bentuk – bentuk
keracunan Cu, efek Cu, dan cara pengobatan keracunan Cu.
D.
Manfaat
1.
Mengetahui pengertian tembaga (Cu).
2.
Mengetahui senyawaan kimia Cu.
3.
Mengetahui sifat dan kegunaan Cu.
4.
Mengetahui daur tembaga (Cu) di
lingkungan dan tubuh manusia.
5.
Mengetahui bentuk – bentuk keracunan
tembaga (Cu).
6.
Mengetahui efek dari tembaga (Cu).
7.
Mengetahui cara pengobatan keracunan Cu.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian Tembaga (Cu)
Tembaga
adalah logam merah-muda yang lunak, dapat ditempa, liat. Ia melebur pada 1038
. Karena potensial electrode standarnya
positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+),ia tak larut daalm asam
klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa terlarut
sedikit.
Dalam table periodik unsur – unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor
atom (NA)29 dan mempunyai bobot atau berat atom (BA)63,546. Unsur tembaga di
alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak
ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk
mineral. Selain itu, tembaga (Cu) juga terdapat dalam makanan. Sumber utama
tembaga adalah tiram, kerang, kacang-kacangan, sereal, dan coklat. Air juga
mengandung tembaga dan jumlahnya bergantung pada jenis pipa yang digunakan
sebagai sumber air.
B. Senyawaan tembaga (Cu)
Dalam
badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion
seperti CuCO3-, CuOH+. Pada batuan mineral
atau lapisan tanah, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk – bentuk seperti :
1. Chalcocote (Cu2S)
2. Covellite (CuS)
3. Chalcopyrite
(CuFeS2)
4. Bornite (Cu5FeS4)
5. Enargite [Cu3(AsSb)S4]
Tembaga di alam memiliki tingkat
oksidasi +1 dan +2. Tembaga dengan bilangan oksidasi +2 merupakan tembaga yang
sering ditemukan sedangkan tembaga dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan,
karena senyawaan tembaga ini hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks.
Selain dua keadaan oksidasi tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan
oksidasi +3 tetapi jarang digunakan, misalnya K3CuF6.
Beberapa senyawaan yang dibentuk oleh tembaga seperti yang tertera pada Tabel.
Tembaga(II)
|
Nama
|
Tembaga(I)
|
Nama
|
CuO
Cu(OH)2
CuCl2
CuF2
CuS
CuSO4.5H2O
Cu(NO3)2.3H2O
|
tembaga(II) oksida
tembaga(II) hidroksida
tembaga(II) klorida
tembaga(II) fluorida
tembaga(II) sulfida
tembaga(II) sulfat pentahidrat atau vitriol biru
tembaga(II) nitrat trihidrat
|
Cu2O
CuCl
CuI
|
tembaga(I) oksida
tembaga(I) klorida
tembaga(I) iodida
|
C. Sifat dan Kegunaan Cu
1. Sifat
tembaga (Cu)
a. Sifat
fisika
1) Tembaga
merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti emas kuning.
2) Mudah
ditempa (liat) dan bersifat elastis sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis, dan kawat.
3) Konduktor
panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
4) Titik
leleh : 1083
dan titik didih 2301
.
b. Sifat
kimia
1) Tembaga
merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada
udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna
hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, CuOH2CO3.
2) Pada
kondisi yang istimewa, yakni pada suhu sekitar 300
tembaga
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi, yakni sekitar 1000
akan terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O)
yang berwarna merah.
3) Logam
Cu dan beberapa bentuk persenyawaan, seperti CuO3, Cu(OH)2,
dan Cu(CN)2, tidak dapat larut dalam air dingin atau air panas
tetapi dapat dilarutkan dengan asam.
4) Logam
Cu itu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat (H2SO4)
panas dalam larutan basa NH4OH.
2. Kegunaan
tembaga (Cu)
a. Dalam
bidang industri
1) Sebagai
bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
2) Sebagai
bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
3) Serbuk
tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi methanol menjadi
metanal.
4) Digunakan
untuk menambah kekuatan dan kekerasan mata uang dan perkakas – perkakas yang
terbuat dari emas dan perak.
5) Dalam
industri, tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida serta
dapat digunakan sebagai katalis, baterai elektroda, sebagai pencegah
pertumbuhan lumut, turunan senyawa – senyawa karbonat banyak digunakan sebagai
pigmen dan pewarna kuningan.
b. Dalam
tubuh
1) Penting
dalam pembentukan Hb dan eritrosit.
2) Tembaga
adalah komponen dari berbagai enzim yang diperlukan untuk menghasilkan energy,
anti oksidasi, dan sintesa hormone adrenalin serta untuk pembentukan jaringan
ikat.
3) Membantu
absorbs unsur Fe.
4) Memelihara
fungsi sistem syaraf.
5) Sintesis
substansi hormon.
D. Daur (Siklus) Cu
1. Cu
(tembaga) dalam tubuh mikroorganisme
Sebagai logam berat, Cu
(tembaga) berbeda dengan logam-logam berat lainnya seperti Hg, Cd, dan Cr.
Logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat esensial, yang artinya meskipun
Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meski
dalam jumlah yang sedikit. Karena itu, Cu juga termasuk kedalam logam-logam
esensial bagi manusia, seperti besi (Fe). Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru
akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke dalam
tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai organisme terkait.
Selain manusia,
organisme hidup lainnya juga akan berbalik menjadi bahan racun untuk manusia
bila masuk dalam jumlah berlebihan sangat membutuhkan Cu untuk kehidupannya.
Mulai dari tumbuh-tumbuhan sampai pada hewan darat ataupun biota perairan.
Misalnya, kerang. Kerang membutuhkan jumlah Cu yang tinggi untuk kehidupannya.
Biota tersebut membutuhkan Cu untuk cairan tubuhnya. Disamping itu, kerang juga
mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap akumulasi Cu dalam tubuhnya.
Setiap studi
toksikologi yang pernah dilakukan terhadap penderita keracunan Cu, hampir
semuanya meninjau metabolisme Cu yang masuk kedalam tubuh secara oral. Dari
studi-studi yang dilakukan di Amerika, disimpulkan bahwa orang-orang Amerika
baik secara sengaja ataupun tidak sengaja telah mengkonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung Cu sebesar 2-5 mg setiap harinya. Dari jumlah yang
terkonsumsi itu, hampir semuanya dikeluarkan kembali bersama feces. Penyerapan
Cu ke dalam darah dapat terjadi pada kondisi asam yang terdapat dalam lambung.
Pada saat proses penyerapan bahan makanan yang telah diolah pada lambung oleh
darah. Sehingga Cu yang ada turut diserap oleh darah. Dalam darah, Cu terdapat
dalam 2 bentuk ionisasi, yaitu Cu+dan Cu++. Apabila
jumlah Cu dalam kedua bentuk itu yang terserap berada dalam jumlah normal, maka
sekitar 93% dari serum Cu berada dalam seruloplasma dan 7% lainnya berada dalam
fraksi – fraksi albumin dan asam amino. Serum Cu albumin ditransfortasikan ke
dalam jaringan-jaringan tubuh. Cu juga berikatan dengan sel darah merah sebagai
eritrocuprein, yaitu sekitar 60% eritrosit-Cu, sedangkan sisanya merupakan
fraksi-fraksi yang labil. Darah selanjutnya akan membawa Cu ke dalam hati. Dari
hati, Cu dikirimkan ke dalam kandung empedu. Dari empedu, Cu dikeluarkan kembali
ke usus untuk selanjutnya dibuang melalui feces.
2. Cu
dalam lingkungan
Tembaga masuk kedalam
tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari peristiwa-peristiwa alamiah dan
sebagai efek samping dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Secara alamiah, Cu
masuk kedalam badan perairan sebagai akibat dari erosi atau pengikisan batuan
mineral dan melalui persenyawaan Cu di atmosfir yang dibawa turun oleh air
hujan. Secara singkat daur tembaga di lingkungan adalah sebagai berikut :
Kandungan tembaga yang
terdapat dalam bebatuan terkikis oleh air hujan. Air hujan ini memecah
kandungan tembaga dalam bebatuan dan melarutkan ion tembaga tersebut dalam air.
Air yang mengandung tembaga terus mengalir ke sungai, ke sumber-sumber air, dan
meresap ke dalam tanah. Didalam tanah yang mengandung tembaga, unsur hara
tersebut akan diserap oleh akar tanaman dalam bentuk kation Cu2+
melalui suatu proses aktif. Dengan adanya kandungan tembaga ini akan membantu
tumbuhan dalam pembentukan klorofil.kemudian tumbuhan yang mengandung tembaga
ini dimakan oleh consumer sehingga tembaga berpindah ke hewan. Tumbuhan dan
hewan mati, feses dan urinnya akan terurai menjadi Cu2+. Oleh
bakteri, tembaga tersebut akan diubah menjadi tembaga yang dapat diserap oleh
tumbuhan. Dan seperti ini akan terus berulang.
Aktivitas manusia
seperti buangan industri, pertambangan Cu, industry galangan kapal dan
bermacam-macam aktivitas pelabuhan lainnya merupakan salah satu jalur yang
mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan-badan perairan. Masukan
sebagai efek samping dari aktivitas manusia ini, lebih ditentukan oleh bentuk
dan tingkat aktivitas yang dilakukan. Proses daur ulang yang terjadi dalam
sistem tatanan lingkungan perairan yang merupakan efek dari aktivitas biota
perairan juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan Cu dalam badan perairan.
E. Bentuk – Bentuk Keracunan Cu
Bentuk tembaga yang paling beracun
adalah debu-debu Cu yang dapat mengakibatkan kematian pada dosis 3,5 mg/kg.
Garam-garam khlorida dan sulfat dalam bentuk terhidrasi yang sebelumnya diduga
mempunyai daya racun paling tinggi, ternyata memiliki daya racun yang lebih
rendah dari debu – debu Cu. Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan
akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada
jalur pernapasan sebelah atas. Efek keracunan yang ditimbulkan akibat terpapar
oleh debu atau uap Cu tersebut adalah terjadinya kerusakan atropik pada selaput
lendir yang berhubungan dengan hidung. Kerusakan itu, merupakan akibat dari
gabungan sifat iritatif yang dimiliki oleh debu atau uap Cu.
Sesuai dengan sifatnya sebagai logam
berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan akut dan kronis. Terjadinya
keracunan akut dan kronis ini ditentukan oleh besar dosis yang masuk dan
kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut.
1. Keracunan
akut
Gejala – gejala yang
dapat dideteksi sebagai akibat keracunan akut tersebut adalah :
a. Adanya
rasa logam pada pernapasan penderita.
b. Adanya
rasa terbakar pada epigastrum dan
muntah yang terjadi secara berulang – ulang.
2. Keracunan
kronis
Pada manusia, keracunan
Cu secara kronis dapat dilihat dengan timbulnya penyakit Wilson dan
Kinsky.gejala dari penyakit Wilson ini adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak, dan demyelinas, serta
terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata.
Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan
berwarna kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti kerang, bila
didalam tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi, maka bagian otot
tubuhnya akan memperlihatkan warna kehijauan. Hal ini dapat menjadi petunjuk
apakah kerang tersebut masih bisa dikonsumsi manusia atau tidak.
F. Efek
1. Kekurangan
tembaga
Kekurangan tembaga
jarang terjadi pada orang sehat. Paling sering terjadi pada bayi-bayi prematur
atau bayi-bayi yang sedang dalam masa penyembuhan dari malnutrisi yang berat.
Orang-orang yang menerima makanan secara intravena (parental) dalam waktu lama
juga memiliki resiko menderita kekurangan tembaga.
Gejala orang yang
kekurangan tembaga, diantaranya adalah :
a. Terjadi
pendarahan berupa titik kecil di kulit dan aneurisma arterial.
b. Penurunan
jumlah sel darah merah (anemia) dan sel darah putih ( leukopenia).
c. Penurunan
jumlah kalsium dalam tulang
d. Kadar tembaga rendah dalam darah
e. rambut
yang sangat kusut.
f. keterbelakangan
mental.
g. kegagalan
sintesa enzim yang memerlukan tembaga.
2. Kelebihan
tembaga
Tembaga yang tidak
berkaitan dengan protein merupakan zat racun. Mengkonsumsi sejumlah kecil
tembaga yang tidak berkaitan dengan protein dapat menyebabkan mual dan muntah.
Gejala orang yang
kelebihan tembaga ,diantaranya adalah :
a. Mengalami
kerusakan ginjal.
b. Menghambat pembentukan air kemih.
c. Menyebabkan anemia karena pecahnya sel-sel
darah merah (hemolisis).
d. Penyakit
Wilson(yang ditandai dengan gejala sakit perut, sakit kepala, perubahan suara).
e. Sirosis.
f. Pengumpulan
tembaga dalam kornea mata yang menyebabkan terjadinya cincin emas atau emas
kehijauan.
g. Menyebabkan
kerusakan otak berupa tremor, sakit kepala, sulit berbicara, hilangnya Koordinasi,
psikosa.
G. Cara Mengobati Dampak Keracunan Tembaga
(Cu)
Pengobatan keracunan Cu yang paling
efektif untuk pengobatan toksisitas Cu ialah kelator penisilin. Kelator ini
juga sangat baik untuk pengobatan beberapa penyakit seperti Wilson diseases dan
beberapa penyakit lain termasuk radang sendi Rhematoid arthritis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi tembaga merupakan
logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat dan itu juga merupakn
sifat dari tembaga. Cu (tembaga) berbeda dengan logam-logam berat lainnya
seperti Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat
esensial, yang artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam
ini sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Karena itu, Cu
juga termasuk kedalam logam-logam esensial bagi manusia, seperti besi (Fe).
Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan bekerja dan memperlihatkan
pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah
besar atau melebihi nilai organisme terkait.
B. Saran
Tembaga merupakan elemen yang
sangat penting didalam tubuh apabila dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit jadi
tembaga itu harus dipertahankan jumlahnya agar tidak menjadi racun dalam tubuh
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Asaanniin,
Attibabul. Mineral.
http://www.scribd.com/doc/55369569/63/Fungsi-Tembaga-Cu.
30 Maret 2012.
Cahyani, Agung. Tembaga Lengkap. http://www.scribd.com/doc/56706894/tembaga-lengkap.
30 Maret 2012
Darmono.
(2006). Lingkunga Hidup dan Pencemaran.
Universitas Indonesia. UI-Press.
Dewi, Cindra. Mekanisme Toksisitas Logam Berat. http://www.scribd.com/cindra_dewi/d/57745594-Mekanisme-Toksisitas-Logam-Berat.
30 Maret 2012.
Menasda, Iqbal. 2010. Tembaga
Petrucci,
H. (1989). Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Rachman,
Arif. 2008. Mekanisme Toksisitas Logam
Berat.
Seran,
Emel. 2010. Tembaga : Tambang, Sifat, dan
Kegunaan. http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/07/tembaga-tambang-sifat-dan-kegunaan/.
30 Maret 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar