BAB I
PENDAHULUAN
MULAI
sekarang, tak ada salahnya Anda mengonsumsi bahan makanan yang kaya akan
magnesium. Sebab, kandungan itu efektif mengurangi risiko stroke. Daftar
makanan yang mengandung magnesium itu yakni sayuran berdaun hijau, kacang, dan buncis.
Magnesium termasuk mineral-mineral
yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan yang optimal, magnesium merupakan
salah satu mineral yang terpenting, bahkan mungkin dapat menduduki peringkat
teratas. Berdasarkan penelitian, magnesium, yang merupakan mineral terbanyak
keempat yang terdapat di dalam tubuh manusia, berperan sangat penting dalam
mengatur ratusan proses biokimia dan sistem fisiologis yang menangani kesehatan
sistem metabolisme dan sistem kardiovaskular.
Sebagian besar magnesium di dalam
tubuh ditemukan dalam sistem rangka tubuh, memberikan kekuatan pada tulang dan
sebagai cadangan dalam menjaga kadar serum jika diperlukan. Kandungan magnesium
lainnya terdapat di dalam sel-sel jaringan lunak seperti otot, ginjal dan hati
dan dalam cairan intraselular. Magnesium yang terdapat di dalam sel-sel dan
cairan intraseluler berperan penting pada lebih dari 300 reaksi biokimia,
berperan penting dalam glikolisis, siklus trikarboksilat, beta-oksidasi,
sintesis protein, kontraksi otot, homeostasis kalsium, hidroksilasi vitamin D,
dan regulasi saluran ion. Magnesium berperan dalam mengatur glukosa darah, juga
menjaga jantung tetap berdetak secara teratur dan mendukung sistem imunitas.
Asupan makanan yang cukup magnesium,
sangat penting untuk kesehatan yang optimal. Gangguan kesehatan akut atau
komplikasi penyakit seperti penyakit jantung dan ginjal, diabetes, hipertensi,
atau gangguan malabsorpsi berpengaruh pada rendahnya kadar magnesium tubuh.
Sedangkan penggunaan obat-obatan diuretik atau alkohol berlebihan atau konsumsi
kafein dapat meningkatkan ekskresi urin, yang berisiko menyebabkan defisiensi
magnesium. Tanda-tanda kekurangan magnesium bervariasi tergantung tingkat
ringan atau beratnya, seperti kehilangan nafsu makan, mual, dan kelelahan sampai
pada efek yang parah seperti masalah jantung.
Karena perannya yang vital dan
multitier dalam proses biokimia tubuh, magnesium juga diteliti kaitannya dengan
pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Hal yang paling mendapat perhatian
adalah hubungan magnesium dengan diabetes dan kesehatan jantung.
Sebuah
studi meneliti 250 ribu orang di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia yang
berlangsung lebih dari 11 tahun. Partisipan mengonsumsi makanan yang kaya akan
magnesium. Tapi peneliti tak menyarankan orang mengonsumsi asupan magnesium,
karena fokus penelitian hanya kandungan tersebut dalam makanan.
"Konsumsi
makanan kaya magnesium berbanding terbalik dengan risiko stroke, terutama
stroke iskemik," tulis pemimpin penulis studi, Susanna Larsson, profesor
di Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, dalam American Journal of
Clinical Nutrition.
Stroke
iskemik adalah jenis stroke paling umum yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah ke otak akibat penyumbatan pembuluh darah.
Larsson
dan rekannya menelusuri bank data untuk melacak jumlah magnesium yang
dikonsumsi tiap orang. Mereka juga mendeteksi penderita stroke dalam bank data
itu. Ternyata 6.500 orang atau tiga persen terserang stroke saat mengikuti
penelitian .
Peneliti
mengatakan setiap tambahan 100 miligram magnesium yang dikonsumsi seseorang
setiap hari, risiko mereka terserang stroke iskemik turun 9%.
Asupan
magnesium warga AS pada umumnya adalah 242 miligram per hari. Amerika Serikat
menyarankan lelaki dan perempuan yang berusia di atas 31 tahun mengonsumsi 420
dan 320 miligram magnesium setiap hari.
Namun,
tambah Larson, studi lebih mendalam diperlukan sebelum para peneliti mengatakan
bahwa magnesium benar-benar mengurangi risiko stroke.
"Makanan
kaya buah, sayuran dan padi-padian memiliki sodium rendah, potasium tinggi dan
magnesium tinggi," kata Direktur Pusat Stroke di Duke University Medical
Center, Larry Goldstein di Durham, North Carolina.
BAB II
A. Magnesium
kurangi resiko Diabetes
Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa
diet magnesium yang cukup dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2. Sebuah
meta-analisis dari 13 studi kohort prospektif meneliti hubungan ini lebih dari
500.000 subjek dari berbagai latar belakang. Hasilnya jelas menunjukkan
hubungan terbalik yang signifikan antara diet magnesium dan resiko diabetes,
yang tidak berubah ketika faktor-faktor seperti jenis kelamin, wilayah
geografis, atau sejarah keluarga ditambahkan ke dalam model penelitian.
Penelitian ini menegaskan penelitian sebelumnya yang menetapkan hubungan antara
peningkatan diet magnesium dan penurunan risiko diabetes.
Meskipun terdapat bukti epidemiologi
yang kuat, Constance Brown-Riggs, MSEd, RD, CDE, CDN, seorang juru bicara
nasional untuk American Dietetic Association dan penulis The African American
Guide to Living Well With Diabetes, mendesak ahli gizi untuk menafsirkan studi
alam ini dengan hati-hati, mengutip keterbatasan metodologis.
"Sangat penting untuk dicatat
bahwa magnesium sebagai gizi tunggal tidak teruji," katanya. "Diet
magnesium merupakan mayoritas asupan magnesium total dalam studi ini. Oleh
karena itu, profesional gizi harus berhati-hati untuk menekankan pola makan
kepada pasien mereka yang mencakup jumlah yang cukup makanan yang kaya
magnesium seperti biji-bijian, almond dan kacang-kacangan lain, serta sayuran
berdaun hijau. "
Para peneliti setuju, bahwa asupan
magnesium berkaitan erat dengan pola diet sehat dan perilaku gaya hidup
lainnya, sehingga hal ini harus ditafsirkan hati-hati. Meskipun demikian, bukti
menunjukkan bahwa tetap ada hubungan yang kuat antara asupan magnesium dan
risiko diabetes ketika para peneliti mampu untuk mengendalikan faktor-faktor
lain seperti merokok, olahraga, status kalsium, dan konsumsi sereal tinggi
serat.
Hubungan magnesium dan diabetes
ditunjukan oleh peran magnesium dalam mempertahankan homeostasis glukosa dan
mengatur sekresi dan sensitivitas insulin. Oleh karena itu, tidak mengherankan
penelitian menemukan bahwa individu menunjukkan gangguan kontrol metabolik (misalnya,
glukosa puasa, glukosa dua jam postprandial, hemoglobin A1c), penurunan
sensitivitas insulin, atau gangguan sekresi insulin ketika mereka memiliki
kadar magnesium yang rendah.
Meskipun banyak data pendukung
mengenai hubungan antara status magnesium dan homeostasis glukosa, tetapi
sangat sedikit bukti klinis yang dapat dijadikan dasar untuk keputusan
pengobatan. Beberapa peneliti melaporkan keberhasilan dalam meningkatkan
sekresi insulin dan / atau sensitivitas jaringan dengan suplementasi magnesium,
namun studi ini sebagian besar dilakukan dengan peserta yang tidak memiliki
diabetes. Beberapa penelitian pada penderita diabetes memiliki hasil yang cukup
menjanjikan tetapi masih jauh untuk dapat diimplementasikan dalam praktek
klinis.
B. Magnesium
dan kesehatan jantung
Kadar magnesium dalam tubuh juga
tampaknya berperan dalam kesehatan jantung, bukti epidemiologi menunjukkan
bahwa asupan makanan yang cukup magnesium dapat mengurangi faktor risiko
kardiovaskular seperti hipertensi, aterosklerosis, dan metabolik syndrome.
Selain itu, penelitian menunjukkan magnesium dapat menjadi pelindung penting
terhadap kematian jantung mendadak pada orang tanpa riwayat penyakit
kardiovaskular. Hal ini mungkin berhubungan dengan potensi aritmia jantung pada
orang dengan hypomagnesia.
Namun tidak semua bukti mendukung
hubungan magnesium dengan kesehatan jantung. Sebuah studi besar tahun lalu dari
Cohort Jantung Framingham Offspring Study gagal menemukan hubungan antara serum
magnesium dan pembentukan hipertensi atau penyakit kardiovaskular. Bukti klinis
mengaitkan hipertensi atau penyakit kardiovaskular dengan hypomagnesia dengan
dislipidemia, namun tidak diketahui apakah hal ini merupakan konsekuensi
langsung dari kurangnya asupan magnesium atau karena efek magnesium pada
insulin.
Apakah Lebih Banyak Lebih Baik?
Apakah Lebih Banyak Lebih Baik?
Recommended Daily Allowance (RDA)
untuk magnesium untuk orang di bawah usia 18 tahun berkisar dari 80 mg/hari
untuk anak 1 tahun, sampai 410 mg/hari untuk pria muda usia 18 tahun. Asupan
magnesium 30 - 75 mg / hari dianjurkan selama satu tahun pertama kehidupan
anak. RDA magnesium untuk perempuan dan laki-laki berusia 19 sampai 30 tahun
adalah 310 mg / hari dan 400 mg / hari. RDA untuk wanita usia 31 tahun dan
seterusnya adalah 320 mg / hari; dan untuk pria 420 mg/hari.
Jumlah magnesium yang diperlukan
untuk pencegahan penyakit dan pengobatan belum ditetapkan. Data epidemiologi
menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan asupan magnesium 100 mg / hari,
risiko terkena diabetes tipe 2 berkurang sekitar 15%. Studi klinis menunjukkan
beberapa keberhasilan dalam meningkatkan sensitivitas insulin dengan
suplementasi magnesium telah menggunakan dosis antara 300 dan 365 mg/day.
Perbaikan profil lipid telah dibuktikan menggunakan 365 mg/day. Seperti
disebutkan sebelumnya, studi ini terlihat menjanjikan, tapi masih terlalu
sedikit yang untuk dapat dijadikan rekomendasi perawatan dasar.
Orang yang akan meningkatkan asupan
magnesium harus menghindari suplementasi yang mengandung mineral lainnya,
seperti besi, kalsium, fosfor, atau kalium, karena dapat mengakibatkan
penurunan penyerapan dan kemanjuran magnesium. Demikian pula dengan konsumsi
kadar tinggi phytates dan serat juga akan menghambat penyerapan magnesium.
C. Dampak kekurangan Magnesium dalam
tubuh
Karena tubuh dapat dengan cepat dan
efektif menghilangkan kelebihan magnesium melalui ginjal, keracunan akibat
meningkatnya konsumsi makanan yang kaya magnesium tidak mungkin terjadi kecuali
pada orang yang memiliki penyakit ginjal. Konsumsi berlebihan garam magnesium
(3 sampai 5 gram), bagaimanapun, dapat mengakibatkan diare dan dehidrasi. Efek
samping yang lebih serius seperti mual, lemah, penglihatan ganda, bicara cadel,
atau kelumpuhan telah dilaporkan pada orang yang telah mencapai tingkat
keracunan.
D. Cara pengendalian kekurangan
Magnesium dalam tubuh
Asupan magnesium dari sumber non
pangan telah ditetapkan maksimal sejumlah 350 mg / hari, meskipun pada kondisi
tertentu, termasuk mereka dengan aritmia jantung, penyakit arteri koroner, dan
hiperlipidemia, dapat mengambil manfaat dari suplemen magnesium di atas 350
mg/hari.
BAB III
PEMBAHASAN
Mineral merupakan bagian penting
dari tubuh dan memegang peran penting dalam pemeliharaan tubuh, baik pada
tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Di samping
itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutma sebagai kofaktor
dalam aktivitas enzim-enzim.
Mineral dibagi menjadi mineral makro
dan mineral mikro. Mineral makro terdiri dari berbagai macam. Yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah Magnesium (Mg), Phosfor (P), dan Clor (Cl).
Magnesium adalah kation nomor dua
paling banyak setelah Natrium di dalam cairan intra seluler. Magnesium
merupakan bagian Clorofil daun. 60% dari 20 – 30 Mg magnesium dalam tubuh
terdapat dalam tulang dan gigi, 26% dalam otot. Magnesium dalam plasma adalah
sebanyak 0,75 – 1,0 mmol/l (1,5 – 2,1 Mg/l).
Magnesium banyak diabsobsi di usus.
Apabila kalsium dalam makanan turun absobsi magnesium meningkat.
Dalam darah sebagian besar magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil.
Dalam darah sebagian besar magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil.
A. Fungsi Magnesium
1. Sebagai katalisator, sebagian besar reaksi terjadi dalam mikrokondria.
2. Transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah.
3. Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium di dalam email gigi.
Kecukupan magnesium rata-rata sehari
di Indonesia ditetapkan 4,5 mg/kg berat badan. Dengan demikian kecukupan untuk
orang dewasa 280 mg/hari untuk laki-laki dan perempuan 250 mg/hari.
B. Sumber Magnesium
Magnesium banyak dibutuhkan tubuh
manusia. Banyak berbagai sumber magnesium. Sayuran hijau, serelia tumbuk,
biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dasn dahannya, serta cokelat juga
merupakan sumber magnesium yang baik.
KESIMPULAN
Makanan kaya magnesium tampaknya
dapat menjadi perlindungan terhadap penyakit kronis, dan status magnesium yang
rendah semakin banyak dikaitkan dengan resiko penyakit dan gangguan kesehatan
lainnya. Ahli gizi harus mendorong pasien mereka untuk mengkonsumsi makanan
kaya biji-bijian, sayuran berdaun hijau, dan kacang-kacangan. Namun perlu
diingat bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk membuat rekomendasi pengobatan
dengan suplementasi magnesium ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrawijaya, tresna. 1991, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar